Tobat Sebelum Ajal Mendekat

Kematian nggak pernah diketahui datangnya. Setiap orang pasti mati. Tapi semua orang tak pernah tahu kapan kematian menjemputnya. Itu sebabnya, kita kudu siap-siap sebelum datang hari di mana kita harus sudah pergi meninggalkan segala nikmat dunia. Kalo kita perhatiin, ada yang sebelum mati sempat ninggalin pesan tertentu kepada keluarganya. Tapi banyak juga yang pergi ninggalin dunia tanpa pesan. Banyak orang juga yang insya Allah saat ajal mendekat ia masih bisa beramal shalih. Khusnul khatimah alias baik di akhir hidupnya. Namun nggak sedikit yang saat ajal mendekatinya dan benar-benar menjemputnya ia sedang berbuat maksiat. Su’ul khatimah alias buruk di akhir hayatnya Naudzubillahi min dzalik.

Bro en Sis, ajal setiap orang udah ditetapkan waktunya. Udah dijatah sama Allah Swt. batas waktu ‘beredar’ setiap orang di dunia. Jangan lupa juga bahwa hidup kita dunia ini akan diuji, siapa yang terbaik amalnya. Firman Allah Swt. (yang artinya): “Maha Suci Allah Yang di tanganNyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS al-Mulk [67]: 1-2)

Yup, ada ganjaran berupa pahala yang akan diberikan oleh Allah Swt untuk setiap ibadah yang kita lakukan. Begitu pula, Allah Swt. akan memberikan siksa bagi manusia manapun yang telah berbuat dosa dalam kehidupannya (atau bahkan selama hidupnya). Tentu itu adil dong ya. Mereka yang beriman dapat pahala, dan siapa saja yang berbuat maksiat diberikan siksa karena dosa-dosanya. So, emang nggak akan lepas dari pengawasan Allah Ta’ala. Waspadalah!

Terus, gimana kalo kita kadang berbuat maksiat? Ya, Allah Swt. udah ngasih jalan, yakni dengan cara bertobat alias minta ampunan. Setelah bertobat tentu harus ninggalin maksiat yang telah atau biasa dilakukannya sebagai wujud tobat yang sebenarnya-benarnya. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” [QS at-Tahriim [66]: 8]
Kita semua pernah berbuat dosa
Sobat muda muslim, siapa pun orangnya, pasti ia pernah melakukan dosa, kecuali Rasulullah saw. tentunya, karena memang beliau ma’shum (terbebas dari dosa dan kesalahan) dalam penyampaian risalah Allah ini. Itu sebabnya, saya waktu ngaji dulu, ustadz saya sering mengatakan bahwa, “Orang yang bertakwa bukanlah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Tapi orang yang bertakwa adalah ketika berbuat dosa, kemudian menyadari dan segera memohon ampunan kepada Allah Swt.”

Rupanya ungkapan ustadz saya itu melumerkan kengototan saya waktu itu, yang menilai bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang selalu benar dalam hidupnya. Pernyataan ustadz saya ini juga semakin menumbuhkan keyakinan dalam diri saya bahwa meski kita tak boleh salah dalam hidup ini, bukan berarti kita akan lolos dari kesalahan. Karena yang terpenting adalah menyadari kesalahan tersebut dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi sambil mohon ampunan kepada Allah Swt.

Imam Ibnu Katsir menukil sabda Rasulullah saw.: “Seorang hamba tidak dapat mencapai kedudukan muttaqin kecuali jika dia telah meninggalkan perkara-perkara mubah lantaran khawatir terjerumus ke dalam dosa” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Boys and gals, menurut hadis ini, yang mubah saja bila perlu dihindari karena khawatir terjerumus dalam dosa, apalagi yang sudah jelas haram. Iya nggak sih? Oya, dalam keterangan lain, orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menjaga dan membentengi diri. Ibnu Abbas ra. mengatakan bahwa muttaqin adalah orang-orang yang berhati-hati dan menjauhi syirik serta taat kepada Allah. Sedangkan Imam Hasan Bashri mengatakan bahwa bertakwa berarti takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah Swt. dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah Swt.. Berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sedangkan Ibnu Mu’tazz melukiskan sikap yang mesti ditempuh seorang muslim agar mencapai derajat muttaqin dengan kata-kata sebagai berikut: “Tinggalkan semua dosa kecil maupun besar. Itulah takwa. Dan berbuatlah seperti orang yang berjalan di tanah yang penuh duri, selalu waspada. Jangan meremehkan dosa kecil. Ingatlah, gunung yang besar pun tersusun dari batu-batu kecil”.

Nah, kebayang banget kan kalo semasa hidupnya ada orang yang selalu maksiat. Duh, gimana tuh dosanya. Termasuk dalam hal ini adalah orang-orang yang ketika hidupnya selalu melecehkan kaum muslimin, menghina ajaran Islam, dan malah lebih memilih bersahabat dengan musuh-musuh Islam. Ih, dosanya pasti berlipat-lipat. Apalagi pas ajalnya datang nggak bertobat. Naudzubillahi min dzalik.

Memang sih urusan dosa Allah Swt. yang akan menghisabnya. Tapi kan kita juga diajarkan oleh Rasulullah saw. untuk menilai seseorang dalam berperilaku. Bahwa yang kita nilai itu adalah yang tampak dan sudah jelas dilakukan seseorang (“nahnu nahkumu bidzdzawaahir”, begitu kata Nabi saw.). Misalnya, ada orang yang ngomong bahwa demokrasi itu sistem yang lebih baik dari Islam (sambil dengan bangga menentang upaya perjuangan orang-orang yang ingin menegakkan Khilafah Islamiyyah), dia juga ngoceh bahwa pluralisme, sekularisme, dan liberalisme lebih hebat ketimbang Islam, selain itu dia terang-terangan melecehkan kaum muslimin. Nah, untuk orang yang kayak gini tentu saja kita bisa menilai nih orang udah bermaksiat kepada Allah Swt. Tentu, berdosa dong ya.

Minta ampunan Allah Swt. yuk!
Sobat muda muslim, ampunan Allah jauh lebih besar dari murkaNya. Lagi pula, memohon ampunan Allah (bertobat) sekaligus mencerminkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah. Karena orang yang bertakwa salah satu cirinya adalah segera mohon ampunan kepada Allah jika dia sudah menyadari kesalahannya. Jadi, nggak usah malu untuk bertobat en nggak usah merasa ribet. Jalani aja sambil terus belajar supaya nggak kecebur ke dalam jurang yang sama. Karena dengan belajar kita jadi tahu dan yakin bisa menjalani hidup ini dengan tenang. Cobalah.

Rasulullah saw. memberikan pujian buat kita-kita yang takwa dan taat pada ajaran Islam. Apalagi sebelumnya kita ahli maksiat. Betul nggak? Indah nian ungkapan Rasulullah saw. empat belas abad yang lampau: “…ada kaum yang akan datang sesudah kalian (para sahabat r.a.). Mereka percaya kepada (sekadar) kitab yang dibendel, lalu percaya dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya. Mereka lebih utama daripada kalian. Mereka lebih besar pahalanya daripada kalian.” (HR Ibnu Mardawih yang dikutip dalam penjelasan di Tafsir Ibnu Katsir)

Bro en Sis, hidup ini penuh dinamika. Penuh warna, penuh liku, penuh lubang dan mendaki (Iwan Fals banget neh!). Kata orang bijak, hidup adalah untuk mati. Bisa dipahami, karena akhir dari kehidupan adalah kematian. Nggak salah-salah amat kok. Tapi, kita juga wajib ngeh, untuk apa kita hidup. Untuk apa kita ada dunia ini. Dan, akan ke mana setelah bersuka-cita, termasuk berduka-derita di dunia ini?

Kehidupan ini pasti akan berakhir. Wak Haji Rhoma Irama juga tereak: “Pesta pasti berakhir” (kalo disebut nama ini, kamu jangan langsung menggoyangkan jempol tangan dan kaki ya, hehehe…). Hidup di dunia ibarat menempuh sebuah perjalanan panjang dan melelahkan. Banyak sekali cerita terukir di sini. Cerita suka, duka, derita, bahagia, sedih, gembira, kecewa, optimisme, putus asa, peduli, kasih-sayang, cinta, dan seabrek pernak-pernik dan kerlap-kerlip kehidupan dunia yang melengkapinya.

Bro, perjalanan panjang di dunia ini pasti akan berakhir. Ada terminal akhir yang merupakan tempat kita berlabuh. Allah Swt. udah menyediakan dua tempat; surga dan neraka. Surga untuk para pengumpul pahala, sementara neraka adalah kelas ‘eksklusif’ para pendosa.

Nah, mumpung kita masih bisa bernapas, mumpung kita masih bisa tertawa, selagi kita masih punya kesempatan banyak, di saat kita masih muda usia, sebelum air mata penyesalan mengalir deras dari kedua mata kita, ada waktu untuk kita perbaiki diri. Jangan putus asa juga buat para pendosa. Yakinlah, selama hayat masih di kandung badan, kalian punya kesempatan yang sama untuk menuai pahala. Bertobat dari berbuat maksiat, itu keputusan tepat. Setelah itu mari belajar agama. Pahami, cermati, dan amalkan dalam kehidupan.

Sobat muda muslim, ‘qod qola’ Alvin Toffler, “Perubahan tak sekadar penting untuk kehidupan. Perubahan adalah hidup itu sendiri.” Paling nggak, kita berubah menjadi baik dari buruk adalah sebuah perubahan yang menentukan hidup kita sendiri.

Islam juga mengajarkan agar kita senantiasa berbuat baik. Jika kebetulan berbuat maksiat, bertobatlah segera. Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri ra. katanya: Nabi saw. bersabda: “Seorang lelaki dari kalangan umat sebelum kamu telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia, lalu dia mencari seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang pendeta, dia terus berjumpa pendeta tersebut kemudian berkata: Aku telah membunuh sebanyak sembilan puluh sembilan orang manusia, adakah taubatku masih diterima? Pendeta tersebut menjawab: Tidak. Mendengar jawaban itu, dia lalu membunuh pendeta tersebut dan genaplah seratus orang manusia yang telah dibunuhnya. Tanpa putus asa dia mencari lagi seseorang yang paling alim. Setelah ditunjukkan kepadanya seorang ulama, dia terus berjumpa ulama tersebut dan berkata: Aku telah membunuh seratus orang manusia. Adakah taubatku masih diterima? Ulama tersebut menjawab: Ya! Siapakah yang bisa menghalangi kamu dari bertaubat? Pergilah ke negeri si fulan, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah. Kamu beribadahlah kepada Allah Swt. bersama mereka dan jangan pulang ke negerimu karena negerimu adalah negeri yang sangat hina. Lelaki tersebut berjalan menuju ke tempat yang dimaksud. Ketika berada di pertengahan jalan tiba-tiba dia mati, menyebabkan Malaikat Rahmat dan Malaikat Azab berselish pendapat mengenai orang tersebut. Malaikat Rahmat berkata: Dia datang dalam keadaan bertaubat dan menghadapkan hatinya kepada Allah Swt. Namun Malaikat Azab juga berkata: Dia tidak pernah melakukan kebaikan. Lalu Malaikat yang lain datang dalam keadaan menyerupai manusia dan mencoba menengahi mereka sambil berkata: Ukurlah jarak di antara dua tempat. Mana yang lebih (jaraknya menuju negeri yang dituju), itulah tempatnya. Lantas mereka mengukurnya. Ternyata mereka dapati lelaki tersebut tempat meninggalnya lebih dekat kepada negeri yang ditujunya. Akhirnya dia diambil oleh Malaikat Rahmat” (HR Bukhari dalam Kitab Kisah Para Nabi, hadis no. 3211)

Oke deh, bertobat lebih hebat ketimbang tetap berbuat maksiat. Kamu bisa kok. Yakin deh.

Apa yang harus kita lakukan?
Pertama, menyesal. Tanpa penyesalan, rasanya sulit untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat. Penyelasan ini kudu benar-benar tumbuh dalam diri kamu. Minta maaf pula kepada orang yang kamu “kerjain”. Janji nggak bakal ngulangi lagi. Kedua, niat sungguh-sungguh. Kuatkan tekad kita untuk menghentikan kebiasaan maksiat. Ada pahala pula di balik niat yang sungguh-sungguh itu. Ketiga, cari lingkungan yang mendukung. Ini penting banget sobat. Sebab, kalo kamu belum bisa mengubah lingkungan, jangan-jangan kamu yang terwarnai. Kalo lingkungannya baik sih oke aja. Tapi kalo rusak? Bisa gawat kan? Jadi, gaul deh ama teman-teman yang udah baik-baik untuk membiasakan kehidupan kamu yang baru.

Keempat, tumbuhkan semangat untuk mengkaji Islam. Sobat, dengan mengkaji Islam, selain menambah wawasan, juga akan membuat kita tetap stabil dengan “kehidupan baru” kita. Maksiat? Sudah lupa tuh! Kelima, senantiasa berdoa. Jangan lupa berdoa kepada Allah, mohon dibimbing dan diarahkan, serta dikuatkan tekad kita untuk meninggalkan maksiat. “Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan permohonanmu itu.” (QS al-Mukmin [40]: 60)

Yuk, mumpung masih ada waktu, kita mohon ampunan kepada Allah Swt. Bertobat dengan sebenar-benarnya bertobat. Tak mengulangi kemaksiatan yang telah dilakukan dan sebaliknya kita berlomba memperbanyak amal shalih. Semangat! [solihin: osolihin@gaulislam.com | http://osolihin.com]

Jangan!!! Baca Lanjutannya...

MY LOVE


Assalamu’alaikum, apa kabar sobat muslim semuanya? Semoga Allah selalu melindungi kita semua dari kefasikan dan kemunafikkan. Puji syukur juga selalu kita panjatkan kepada yang MAHAKUASA dan pencipta segala yang ada dimuka bumi ini yaitu, Allah SWT. dan hanya kepada-Nyalah semua akan kembali. Shalawat serta salam sala selalu tercurah kepada Nabi dan Rasulullah kita yang terakhir Muhammad SAW., para Keluarga beliau, para sahabat beliau, serta para pengikut beliau yang telah dan tetap setia menyebarkan agama Islam hingga akhir zaman.

Sobat, bicara tentang cinta pasti identik dengan remaja, walaupun sebenarnya orang tua pun masih memiliki cinta dan cintanya orang tua biasanya adalah cinta yang lebih bahkan sangat bermakna. Misalnya, cinta orang tua kepada anaknya tidak akan pernah hilang hingga maut yang memisahkan. Tetapi, kali ini kita akan membahas cinta yang biasa hadir dari kalangan remaja.

Kebanyakan cinta yang dirasakan remaja sekarang menurut pengamatan dan penilaian saya adalah cinta yang hanya didasarkan pada nafsu belaka. Sedangkan, cinta yang didasari oleh nafsu tidak akan bertahan lama dan hanya akan meninggalkan bekas luka dihati kedua belah pihak apabila tidak diakhiri dengan baik, karena yang namanya nafsu itu pasti sedikit dan sebentar. Contohnya, ketika kita sedang bernafsu untuk memakan es krim pasti akan terasa nikmat saat kita hanya memakan 2-3 mangkuk es krim, coba kalau kita sekaligus makan es krim 2-3 drum (ehk, pasti ga kebayang dech gimana rasanya) dan itupun hanya bertahan beberapa jam bahkan hanya beberapa menit setelah memakan es krim tersebut.

Remaja sekarang kebanyakan memilih pasangan hanya dari seberapa cantik/ganteng sih dia, seberapa kaya sih dia, kendaraan apa sih yang dia pakai, atau pakaian apa yang dia pakai (uuh, matre banget ya?). memang sih tidak salah untuk memilih pasangan yang seperti itu tapi, apakah itu yang menjadi pertimbangan utama kita dalam memilih pasangan?

Rasulullah Muhammad SAW. Memberitahukan kepada umatnya untuk memilih pasangan berdasarkan: 1. Penampilan fisiknya; 2. Harta kekayaannya; 3. Keturunannya; 4. Agamanya. Tetapi, Rasulullah Muhammad SAW. melanjutkan, barang siapa yang ingin bahagia dunia dan akhirat maka, pilihlah olehnya pasangan bedasarkan agamanya (ketaqwaannya). Kenapa rasulullah berkata demikian? Mari kita bahas satu-persatu.

1. Memilih Pasangan Berdasarkan Penampilan Fisiknya.

Memang mengasikkan punya pasangan yang penampilannya menarik dan enak dipandang mata, apalagi nggak malu-maluin saat dibawa jalan (eit, tapi jangan jalan berduaan dengan yang bukan muhrimnya ya!). karena pernah ada seorang istri yang nggak mau jalan berdapingan dengan suaminya karena penampilan suaminya yang menurut sang istri sangat “KATRO” sehingga istrinya malu jalan dengan suaminya. Tapi, yang perlu diingat adalah bahwa penampilan fisik dapat dirubah-rubah dengan teknologi yang sekarang (tapi, jangan dech syukuri aja apa yang ada sekarang) dan juga bahwa sadar atau tidak (pura-pura nggak sadar kale) bahwa penampilan fisik itu sifatnya hanya sementara, paling lama sekitar umur 50-60 maka di wajah kita pun akan timbul keriput dan uban yang mulai tumbuh, walaupun di dempul dengan cream semahal apapun wajah or penampilan kita akan menua dan tidak secantik/seganteng dulu lagi.

Jadi, orang yang hanya memilih pasangan dengan mengutamakan penampilan sudah dapat dipastikan cintanya terhadap pasangan tidak akan bertahan lama dan hanya bertahan selama penampilan fisik pasangannya masih menarik. Ketika penampilan fisik pasangannya sudah tidak lagi menarik maka cintanya sudah dapat dipastikan akan berpaling kepada orang lain. Perlu diingat bahwa ada pepatah “Rumput dipekarangan tetangga akan tampak lebih hijau dari pada rumput dipekarangan kita sendiri.”

2. Memilih Pasangan Berdasarkan Harta Kekayaannya.

Wuih... enak banget dech kalo punya pasangan yang punya banyak harta karena semua keinginan kita dapat dipenuhi oleh pasangan kita tersebut. Eit, tunggu dulu, tapi ini berlaku untuk pasangan suami istri atau pasangan yang sudah bekerja karena apabila masih pasangan remaja mah uang or duit or harta yang mereka punya masih hasil dari pemberian orang tua. Karena anak remaja mah sedikit yang sudah bekerja N’ dapat menghasilkan uang sendiri. Kalaupun dia sudah bisa menghasilkan uang sendiri mana mungkin dia mau menghamburkan uang untuk orang yang belum pasti jadi istri or suaminya.

Jadi, untuk cwe-cwe matre yang hanya memikirkan harta pasangannya mendingan “Kelaut Aje”. Sebab, harta dari pasangan kalian itu tidak akan bertahan lama dan akan habis apabila tidak dipakai dengan bijak. Tapi, parahnya lagi cwo yang biasa jadi korban matrealistis cwe itu akan ditinggalkan ketika harta kekayaannya sudah habis (iih, sudah jatuh tertimpa tangga lagi).

Cwe/cwo seperti itu tidak ada bedanya bahkan lebih hina dari seekor lintah yang hanya memakan darah dari orang yang dihinggapinya. Sedangkan cwe/cwo matre akan menghisap habis muali dari kantong saku hingga kantong lemak (maksudnya bikin kurus) pasangannya.

Nah, untuk cwe/cwo yang apabila sudah menemukan tanda-tanda bahwa pasangan kalian itu hanya mencintai uang kalian dan bukan diri kalian segera aja dech tinggalkan. Karena pasangan yang matre bisa menyebabkan gangguan kehamilan, impotensi, serangan jantung, dan lain-lain. (hehe... memangnya rokok)

3. Memilih Pasangan Berdasarkan Keturunannya.

Kenapa sih orang memilih pasangan berdasarkan keturunannya? Karena bisa saja untuk mencegah dari yang namanya penyakit yang bawaan dari keturunan. Tapi, tidak sedikit orang yang hanya ingin menikah dengan orang dari keturunan orang-orang yang berduit (Bangsawan) saja karena ingin dipandang baik oleh masyarakat lainnya.

Memang sih hal itu tidak salah, tatapi apakah kita harus memaksakan kehendak kita dengan hanya menikahi orang-orang dari kalangan bangsawan saja. padahal belum tentu orang dari kalang bangsawan itu berprilaku baik dan tidak membawa penyakit menurun kepada anak-anaknya. Banyak contoh bahwa anak-anak dari orang kaya/ternama/bangsawan itu kelakuannya lebih bejat dari anak seorang tukang sampah. Misalnya anak-anak pejabat juga banyak yang kedapatan mengkomsumsi shabu-shabu bahkan ada yang jadi pengedarnya.

Jadi, kalaupun kita ingin memilih pasangan dari keturunan bangsawan or sebagainya
maka pilihlah dengan baik dan jangan sampai mengecewakan nantinya.

4. Memilih Pasangan Berdasarkan Agamanya.

Nah, untuk yang satu ini seperti perkataan rasulullah bahwa barang siapa ingin bahagia didunia dan diakhirat maka pilihlah pasangan berdasarkan agamanya. Karena, orang yang beragama dan bertaqwa dan menjalankan agamanya dengan baik akan bisa membangun keadilan dirumah tangga dan akan membawa kesejukan saat berkumpul bersama-samanya. Sebab, dalam agama (Khususnya ISLAM) sangat mengajarkan kepada umatnya untuk menyayangi orang lain. Jadi, apabila dia berumah tangga dan mempunyai pasangan sudah barang tentu akan sangat menyayangi pasangannya. Contohnya saja Rasulullah Muhammad SAW. sangat profesional dalam berumah tangga. Ketika beliau bersama istrinya maka beliau akan sangat romantis bahkan senantiasa bercanda ria bersama sang istri tetapi, ketika sudah menjadi pang lima perang dan siap bertempur melawan musuh maka beliau tidak akan bisa dikalahkan.

Begitu indahnya rumah tangga/pasangan yang dibangun berdasarkan agama dan siapapun sangat menginginkan hal itu kepada dirinya (termasuk saya sendiri, hehehe). Tetapi, perlu diingat bahwa kita tidak akan mendapatkan pasangan yang baik apabila kita sendiri belum baik. Karena “Pasangan Kita Adalah Cerminan Diri Kita”. Contohnya: orang yang suka ketempat-tempat DUGEM or maksiat lainya maka dia kemungkinan besar akan mendapat pasangan pada saat dia berada ditempat DUGEM or tempat-tempat maksiat tersebut dan pasti kita tau bagaimana prilaku orang-orang yang suka ketempat-tempat DUGEM or Maksiat tersebut. Tetapi, akan Sangat Berbeda ketika kita sering pergi kemasjid untuk mendengarkan ceramah (hehehe... tapi nanti jangan kemesjid dengan niat cari jodoh ya...!) maka kemungkinan besar dia pun akan mendapat pasangannya orang suka pergi kemasjid juga.

Berdasarkan pemaparan diatas maka sudah sepantasnya kita memmilih pasangan berdasarkan agamanya, syukur-syukur dapat pasangan yang orangnya ganteng/cantik, Berpendidikan tinggi, Mempunyai banyak harta, berasal dari keturunan orang baik-baik (bangsawan), dan agamanya pun nomer satu (Iih, mantep banget dech yang kaya begitu). Tapi, kayanya hal itu ga bakalan terwujud kalo kita menkriteriakan cwe/cwo harus sebelas duabelas klo cwe sama Dian sastro dan klo cwo sama dengan Anjasmara, kayanya pun harus punya minimal kapal pribadi, agamanya pun minimal sering dakwah dimuka umum (weh, maruk/rakus/ngarep banget dech jadi orang). Kalo kriteria kita terlalu tinggi juga maka akan semakin mudah kecewa dengan apa yang kita harapkan karena tidak ada orang sesempurna itu, pasti ada kekurangan yang dimiliki oleh orang tersebut.

Jadi, sobat muslim semuanya jangan keburu seneng dulu dengan pasangan yang kalian punyai sekarang karena dia mungkin saja bukan pasanga yang terbaik yang ditakdirkan Allah untuk kalian. Mungkin saja orang yang menjadi pasangan kalian nanti adalah orang yang kalian benci sekarang ini, karena kata anak-anak sekarang antara benci dan cinta itu dibatasi oleh pembatas yang bahkan lebih tipis dari tisu. Bahkan Allah SWT. berfirman yang kurang lebih artinya demikian “dan janganlah kalian berlebihan mencintai sesuatu/seseorang, sebab mungkin saja mereka baik untuk kalian dan janganlah kalian belebihan dalam membenci sesuatu/seseorang, karena mungkin saja mereka tidak baik untuk kalian menurut Allah.”

Pesan saya untuk sesama remaja adalah alangkah lebih baiknya kalian untuk sekarang tidak memikirkan untuk berpacaran terlebih dahulu dan alangkah lebih baiknya kalian lebih memikirkan prestasi kalian dulu. Tetapi, bila memang ngebet untuk menyatakan perasaan kalian kepada pasangan kalian pastikan lebih memandang dari segi agamanya karena banyak remaja sekang yang terjerumus karena belum kuat berpengan pada agamanya.

Sekian dulu artikel dari saya ini semoga bermanfaat untuk saa sebagai pengingat diri saya dan juga untuk kalian yang membaca artikel ini semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan dan perenungan untuk kita semua. Amin. Syukron Katsiroo.

By. Rafi’i

Jangan!!! Baca Lanjutannya...

Choice Their Own Title That You Like...!!!

Karena sangat bingung dengan apa yang akan saya masukan sebagai judul dari artikel kali ini. Makanya, saya memutuskan untuk membiarkan para pembaca untuk memutuskan sendiri apa judulnya. (hal ini dipengaruhi saking bencinya saya dengan Israel).

Pada kesempatan kali ini saya hanya ingin meneruskan artikel saya yang terdahulu tentang peperangan yang terjadi di Negara saudara kita dari Palestina. Karena, saya merasa sangat sedih dengan kejadian disana. Tetapi, tidak ada yang bisa saya lakukan selain berdo’a dan mengumpulkan sumbangan untuk didonasikan kepada saudara-saudara kita disana. Selain juga menuliskan artikel untuk membangun semangat saya sendiri dan juga saudara-saudara muslim lainnya.

Menurut saya memang diperlukan perhatian yang sangat serius dari pemerintah Indonesia Khususnya dan Para penguasa di negara-negara Muslim Pada umumnya. Dikarenakan yang menjadi objek serangan dari Israel di Palestina pada umumnya adalah masyarakat Muslim. Apakah hati para penguasa kita itu telah tertutup ataukah para Pemimpin kta itu ketakutan akan Israel (laknatullah alaih) yang memang didukung oleh Amerika (laknatullah alaih) dan sekutu-sekutunya yang lain?

Saya rasa mungkin para pemimpin negara-negara muslim memang takut dengan Israel yang didukung oleh Amerika. Karena, sampai sekarang tidak ada satupun bantuan yang berupa pasukan perang ataupun perlengkapan perang untuk membantu pasukan Hammas dalam berperang melawan Israel. Alasan pemerintah sih biasa saja menurut saya, alasannya menurut pemerintah adalah karena rakyat Palestina lebih memerlukan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan dan tenaga medis untuk mengobati orang-orang yang terluka akibat perang tersebut.

Memang sih tenaga medis dan obat-obatan sangat diperlukan oleh masyarakat Palestina pada umumnya. Tetapi, menurut saya tidak ada salahnya apabila pemerintah mengirimkan juga pasukannya untuk membalas seranga dari Israel sehingga Negara Israel yang “BIADAB” itu segera menarik pasukannya dan menjauh dari Palestina. Sehingga akan juga mengurangi gugurnya korban dari pihak masyarakat sipil dan perangpun dapat segera diakhiri.

Hingga sekarang dari tanggal 27 Desember yang lalu, hanya pasukan Hizbullah dari Libanon lah yang berani menyatakan dengan tegas akan membantu Palestina. Hizbullah pun akan menyiagakan pasukannya setiap saat dan akan juga ikut dalam melakukan penyerang kepada Israel yang merupakan musuh besar dari Hizbullah itu sendiri. Melihat dari keberanian Libanon itu saya bertanya dimanakah umat muslim yang lainnya? Bukankah kita umta muslim bagaikan satu tubuh? Yang apabila salah satu bagian tubuhnya disakiti maka harusnya bagian tubuh yang lain juga akan merasakan sakitnya. Dimana perasaan para penguasa itu sekarang?

Sekarang banyak sekali rakyat Indonesia yang mendaftarkan dirinya diberbagai ORMAS untuk menjadi seorang MUJAHID dan berperang di Palestina. Tetapi, hal itu tetap dihalang-halangi oleh pemerintah Indonesia dengan alasan bangsa Palestina tidak terlalu memerlukan hal itu dan lebih memerlukan bantuan kemanusiaan.

Memang untuk ikut berperang disana terlihat menakutkan oleh sebagian orang karena ancaman yang menghadang disana adalah kematian. Tapi, tidak dengan para mujahid yang ingin diberangkatkan kesana. Mereka melihat sebuah kematian karena perang melawan musuh-musuh Allah yang telah membantai saudara kita di Palestina adalah sebuah kenikmatan karena mati Syahid yang akan diganjar Syurga oleh Allah SWT..

Tetapi, saya sangat bahagia dengan melihat sikap dari umat Islam belakangan ini di Dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya. Sebab, persatuan umat Islam sangat terlihat dengan semua umat Islam menyuarakan hal yang sama kepada Amerika dan Israel untuk menghentkan serangannya ke Palestina. Ini membuktikan bahwa apabila masyarakat Islam yang lebih dari 1,4 miliyar itu bersatu maka akan menghasilkan sebuah kekuatan yang luar biasa. Pertanyaannya adalah, kenapa kebanyakan umat Islam menolak didirikanya Khilafah Islamiyah? Bukankah Khilafah Islamiyah itu sebagai satu-satunya cara untuk menyatukan seluruh umat islam di Dunia dan dapat menciptakan kekuatan yang bahkan dapat melebihi Amerika serikat.

Hanya saja, janganlah umat Islam bersatu disaat salah satu saudaranya ditimpa musibah. (walaupun hal itu tidak salah!). Tetapi, akan lebih baik jika seluruh umat Islam bersatu dan mencegah terjadinya lagi peperangan.


Semoga di tahun-tahun akan datang tidak ada lagi umat Islam yang teraniyaya dan Khilafah Islamiyah segera bangkit dengan menyatukan seluruh umat Islam di Dunia. Amin.

By. Rafi’i

Jangan!!! Baca Lanjutannya...
 

Tag Cloud


View My Stats

Recent Comments